INTERESTNEWS — Indonesia termasuk negara yang konsisten perang melawan terorisme. Lembaga yang secara khusus menangani kasus-kasus terorisme di Indonesia adalah BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Rakyat Indonesia mengapreasiasi kinerja BNPT dalam menanggulangi terorisme di Indonesia. Namun demikian, BNPT tetap membutuhkan dukung penuh rakyat Indonesia agar BNPT dapat mencegah terorisme di Indonesia.
Dalam siaran persnya lembaga anti terorisme ini menyatakan bahwa mencegah paham radikalisme berlebihan dan terorisme dapat melalui pembinaan dan deradikalisasi. Pembinaan tersebut menyasar kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda Indonesia. Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris menyampaikan hal tersebut dalam acara Sharing Session antara BNPT Bersama Media Massa, Jumat (18/2/2022), di Jakarta. Temanya adalah: Konsep Pentahelix Pencegahan Radikalisme dan Terorisme.
Lebih lanjut Irfan menegaskan bahwa kelompok radikal dan teroris telah mengubah strategi dalam menyebarkan pahamnya. Mereka mencari simpatisan, di antaranya dengan masuk ke lembaga formal, partai politik, dan organsasi masyarakat. Sasaran pada lembaga-lembaga tersebut karena anggapannya bahwa simpatisan yang sudah terpapar paham tersebut dapat merusak dari dalam dengan kekuatan besar. Sebelumnya kelompok radikal dan teroris menyasar grass root (masyarakat awam) dengan isu agama dan sekarang mereka mengubah strateginya.
Karena itu, Irfan menyarankan agar pembinaan dan deradikalisasi harus mengakar kuat di masyarakat agar pelaku tidak lagi kembali beraksi. Ia juga meminta masyarakat yang ada di dalam lembaga formal, parpol, maupun ormas untuk mewaspadai paham radikalisme dan terorisme. Mengutip salah satu konten video antaranews.com, salah satu lembaga, yaitu: Majelis Umat Islam (MUI), menjadi lembaga yang dapat disusupi paham radikal berlebihan tersebut. Ini terbukti dari adanya orang MUI yang terlibat dan tertanggap Densus 88 dalam menumpas terorisme.
Pewarta: Boy Tonggor Siahaan