Misteri Kecelakaan Maut, 33 Penumpang Tewas

INTERESTNEWS — Misteri kecelakaan maut, 33 penumpang tewas di tempat. Peristiwa ini terjadi tahun 2017 sempat viral dan menjadi bahan pembicaraan. Bagaimana nasib sang supir yang hanya satu-satunya selamat dalam peristiwa yang tragis itu. Bagaimana ia dapat selamat? Siapakah dia? Untuk itu interestnews.or.id menyajikan langsung kepada pembaca setia media ini, Sabtu (19/3/2022).

Bertemu dalam komunitas “Army” di Kelapa Gading. Seorang pria berpostur kecil, perawakan sedang dengan kedua kakinya berjalan tertatih dengan kaki palsu. Wajahnya bersinar dan tak henti tersenyum bahagia. Ia sesekali mengelus kedua kaki palsunya. “Apa yang saya alami itu semua untuk kebaikan saya dan membawa saya ke masa depan yang lebih indah.”

Mendapat sebuah sepeda motor dari seorang donatur

Pria tersebut bernama Stefanus Bona Pakpahan, sang supir bus yang saat itu membawa 33 penumpang. Bus itu mengalami kecelakaan dan seluruh penumpang tewas kecuali dirinya selamat namun kondisinya saat itu hancur lebur, nyaris tak terselamatkan.

Bona, demikian nama panggilan kecilnya, adalah kelahiran Desa Pangaribuan, Sumatera Utara tepatnya 10 Oktober 1968. Ia berprofesi sebagai sopir bus malam Pahala Kencana, Sumatera–Jawa–Bali. Misteri kecelakaan maut itu jatuh pada 8 Juni 2017 tepat pada Jumat Suro.

Awal Mula Misteri Kecelakaan Maut

“Ada sebuah kekuatan yang besar mendorong bus yang saya kemudikan lalu mengangkatnya menyebrangi trotoar pembatas jalan tol. Bus pun tergantung di atas trotoar. Kekuatan itu lalu mengangkat bus, sehingga bus melompat,” ujarnya.

Lanjutnya, serta-merta tak terelakkan lagi, sebuah truk datang dari arah depan dan dua arah! Bruakk!! Prukbruk! Truk itu menabrak bus. Kepala bus dan truk pun hancur terpecah berai. “Yesus, tolong!” teriak Bona Pakpahan kala itu.

Kecelakan membawanya kehilangan kedua kakinya

Waktu itu start dari Bogor dan berhenti makan di Cirebon dengan sopir bus lain. Habis makan Bona menggantikan supir sebelumnya dan tiba tepat jam 01.00 Wib di perbatasan Tegal–Pemalang melewati jalan tol. Daerah kiri kanan sunyi karena persawahan.

BACA JUGA:  Wirausaha Mikro di Era Digital

“Pas jam 1 (satu) malam, saya merasakan ada sebuah kekuatan yang besar mendorong bus yang saya kemudikan saat itu. Kemudian saya menoleh ke kaca spion untuk melihat apakah ada bus atau mobil yang mendorong dari belakang. Ternyata tidak ada dan tiba-tiba saya merasakan bus ada yang mengangkat. Tiba-tiba bus melompat melewati pembatas trotoar dan bus yang saya kemudikan tergantung di atas trotoar. Saya lihat sebuah truk dari depan tak terelakkan lagi menabrak bus saya dan hantaman yang besar pun terjadi.

Seketika itu sopir dan kenek truk meninggal di tempat dan begitu juga kenek dari Bus Pahala Kencana. Kepala truk dan bus hancur lebur. Ada 7 orang penumpang dari 25 penumpang dan 3 awak bus meninggal, sebagian luka-luka dan shock.

“Saat itu, dada saya sesak tercepit di stir mobil. Dari bahu hingga kaki saya sudah tidak bisa bergerak. Kaki saya hancur namun saya terus memuji Tuhan. Ada suatu dorongan yang kuat dalam hati saya untuk terus memuji Tuhan. Satu jam setelah kecelakaan tidak ada orang yang datang. Sepi karena jam itu adalah jam tidur. Kiri kanan jalan sunyi sepi,” tuturnya.

Saya Masih hidup, Saya Haus

Bona menyampaikan doanya kepada Tuhan kalau ia tidak siap untuk mati malam itu. Baginya, mati dalam kecelakaan adalah aib. Ia mengharapkan kematian yang tenang seperti habis tidur berdoa paginya sudah meninggal. “Saya itu punya kerinduan meninggal dalam kondisi damai sejahtera. Belum siap mati,” ucapnya.

Satu jam kemudian, seorang lelaki datang penasaran, namun ia segera lari tunggang langgang ketakutan. Bona memanggil sambil berteriak minta tolong. Lelaki itu datang berbalik namun ia segera berpaling. Bona pun mengerahkan kekuatannya memanggil minta tolong dan lelaki itu datang mendekat. “Saya bilang tolong saya, saya masih hidup. Saya haus,” teriaknya kala itu.

Ia mendengar dan melihat kondisi Bona lebih dekat. Bona minta tolong untuk mengambilkan air dan lelaki itu menemukan minuman mineral bekas. “Saya menaruh air itu di telapak tangan saya dan mengoleskan ke bibir saya yang kering. Lalu saya meminum air itu,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Pariwisata Berbasis Ekonomi Kreatif Sebagai Andalan

Melihat kondisi Bona makin buruk dan lemah, lelaki itu berteriak sekencang-kencangnya dalam Bahasa Jawa. Dia minta tolong dan tidak lama kemudian beberapa orang berdatangan.

Butuh 1.5 jam mengevakuasi saya keluar dari tercepit dan 10 orang yang berjuang mengeluarkan saya. Setelah berhasil, mereka membaringkan saya di jalanan. Kemudian mereka segera melarikan saya ke rumah sakit. Saya kehabisan darah.

Bona Terus Memuji Tuhan Melewati Misteri Kecelakaan Maut

Menurut dokter, kondisi saya sudah parah. Malam itu dokter mau mengoperasi, tetapi tidak memungkinkan. Akhirnya, dokter memasang inpus dengan 150 kantong infus dan 8 kantong darah selama 2 hari. Dokter melihat semangat saya untuk bertahan hidup dan karena saya mengoceh terus memuji Tuhan. Dokter suruh saya diam, tetapi saya menyanyi terus. Ternyata, hal itu yang membuat dokter dan perawat semangat melihat saya dan iba untuk menolong. Dokter bilang saya tidak ada harapan, namun jika bisa melewati, itu mujizat.

Karena itu, saya terus memuji Tuhan dan percaya Tuhan pasti menolong saya. Penduduk setempat berkisah bahwa tempat kecelakaan tersebut sering terjadi kecelakaan. Tempatnya angker, daerah teritorial kuasa kegelapan.

Empat hari kemudian polisi datang mengintograsinya. Polisi mengatakan bahwa saya dalam keadaan mabuk dan ugal-ugalan ngebut menyetir bus. Padahal, bus Pahala Kencana yang saya bawa adalah bus canggih yang lengkap dengan JPS, sehingga bisa melacak kecepatan bus. Terbukti kecepatan bus normal, sehingga saya bebas tanpa masuk penjara karena peristiwa kecelakaan terjadi tidak masuk logika atau akal.

Saya melalui 12 operasi dan akhirnya kedua kaki saya harus diamputasi. Meski demikian saya sangat bersyukur masih ada kesempatan untuk hidup. Tak lama saya mendapat bantuan kaki palsu. Pakai kaki palsu tidak bisa lama-lama karena masih sakit. Jadi saya pakai tongkat dan kadangkala kursi roda.

BACA JUGA:  Selamat Datang Ibu, di Semarang

Mendapat Motor

Pemulihan luka semakin hari semakin membaik. Kondisi kerohanian Bona pun turut semakin bersemangat untuk mengisi waktu dengan hal yang berguna. “Saya masih mendapat kesempatan hidup. Saya ingin melakukan hal yang berguna dan bekerja,” harapnya.

Bona, sangat tidak menginginkan hidupnya dengan kondisi yang ada tidak mau hidup dari belas kasihan. Meski harus memakai kaki palsu, ia masih bisa bekerja.

“Kesempatan ini akan saya gunakan bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan hidup. Karena kondisi saya sudah membaik. Saya mulai ingin bekerja dan saya berdoa butuh sepeda motor agar saya bisa jualan keliling. Saya tidak mau hidup dari belas kasihan orang,” tandasnya optimis.

Kehilangan Kaki, Kehilangan Istri Tercinta

Bona mengalami proses hidup yang panjang. Yang paling menyedihkan adalah saat istrinya memilih untuk meninggalkannya di saat kondisinya terpuruk sebab ia tidak bekerja lagi waktu itu. Tinggal seorang diri di kos. Ia berjuang untuk tidak hidup dari belas kasihan, meski banyak juga orang baik yang suka membantunya. Namun ia tetap teguh selagi masih hidup harus berjuang sendiri. Fisik boleh cacat, tetapi hati harus semangat dan mau bekerja.

Suatu hari ia hadir dalam sebuah ibadah online dan seorang donatur memberikannya sebuah sepeda motor untuk jualan kopi keliling. Tidak sampai di situ, akhirnya ia mendapatkan bantuan mobil untuk jualan kelilingnya.

Mendapat mobil untuk jualan keliling

Ia mengatakan, perjalanan hidupnya melewati proses demi proses yang menyakitkan bisa lolos dari kecelakaan maut. Apapun yang menimpa hidupnya semua untuk kebaikan. Tuhan memrosesnya menjadi lebih rendah hati. Tidak ada yang salah dari semua. Masalah apapun harus tetap teguh dan jangan goyah atau lemah. (las)

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan