Wisata Toleransi Keunikan Wisata Milik Indonesia

INTERESTNEWS — Mungkin kita jarang mendengar wisata toleransi. Ternyata dalam dunia pariwisata, Indonesia memiliki wisata toleransi. Dalam suatu acara bincang-bincang (talk show) melalui on air Radio Surya Kebenaran dan live streaming YouTube INTERESTNEWS CHANNEL, wisata toleransi menggaung. Acara berlangsung pada Jumat (22/4/2022) di Radio Surya Kebenaran, Salatiga, Jawa Tengah.

Kita dapat mengatakan bahwa mungkin hanya Indonesia yang memiliki wisata toleransi. Tentu dalam pikiran kita, kita akan menebak bahwa wisata tersebut ada di Bali. Benar, Bali memiliki pariwisata yang memperlihatkan kehidupan bertoleransi tinggi. Meskipun masyarakat Bali mayoritas memeluk agama Hindu, tetapi mereka sangat toleran kepada para pengunjung wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Toleransi keagamaan memang sangat kental di Bali.

Namun demikian tidak hanya Bali yang memiliki pariwisata bertoleransi tersebut, ada juga beberapa tempat lain di Indonesia serupa seperti Bali. Salah satunya adalah Karangturi Lasem yang mendapat label sebagai Desa Wisata Toleransi yang Kaya Budaya.

Desa Karangturi Lasem atau biasa dengan sebutan Lasem saja terkenal dengan batiknya, Batik Lasem. Akan tetapi, desa ini juga kaya budaya. Di Lasem, masyarakat hidup berdampingan dan saling toleran meskipun beda agama dan etnis. Lasem berpenduduk mayoritas dengan latar belakang suku Jawa, khususnya dari Jawa Tengah, dan etnis Tionghoa. Tentunya ada juga dari suku-suku lain di Lasem yang cukup beragam. Lasem sendiri memiliki perkampungan dari etnis Tionghoa (pecinan).

Mereka yang tinggal di Lasem, selain beda suku/etnis, tetapi juga beda agama. Tentu sebagian besar etnis Tionghoa memeluk Budha atau Kongfucu. Sementara suku Jawa banyak yang memeluk Islam dan Kristen/Katolik. Belum lagi dari suku-suku lain, ada yang memeluk Hindu. Bahkan ada yang masih memegang kepercayaan leluhur nenek moyang mereka. Di sinilah Lasem memperlihatkan keunikan dari beragam agama dan kepercayaan serta beragam budaya. Luar biasanya lagi, mereka hidup toleran satu sama lain dalam satu wilayah desa bernama Desa Karangturi Lasem.

BACA JUGA:  Pariwisata Berbasis Ekonomi Kreatif Sebagai Andalan

Paparan Narasumber

Dalam acara talk show tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ginanjar Pranowo menjadi keynote speech, tetapi sayang beliau tidak dapat bergabung karena tugas yang mendesak. Sedangkan para narasumber lain adalah Dr. H. A. Mujid Rohmat, M.H (Anggota Komisi X DPR), Drs. Anton Lami Suhadi, M.Si (Anggota Komisi E DPRD Jateng), Widayanti Bandia (Direktur Pengembangan Destinasi Wilayah 2 Kemenparekraf), Purwanto, SH, M.Par (Kabid Pengembangan Destinasi Pariwisata Disporapar Jateng). Selain itu, hadir juga Muhardi (Kepala Desa Karungturi Lasem), Rasdadi (Ketua Pokwardis), Henry Melkianus Kailola (Pemimpin Umum INTERESTNEWS), dan Lasma Simbolon (Pemimpin Redaksi INTERESTNEWS).

A. Narasumber 1: Dr. H. A. Mujid Rohmat, M.H

Mengawali percakapan, Mujid mengatakan: “Indonesia ini adalah negara kebangsaan dengan heterogenitas (keberagaman) budaya, bahasa, agama, dan lain sebagainya. Namun keberagaman tersebut menyatu dan mengikat dalam satu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam menyikapi heterogenitas ini, kita perlu menjunjung tinggi nilai toleransi di antara kita semua. Bandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia memiliki kekayaan keberagaman yang luar biasa.”

H. A. Mujid Rohmat

Mujid juga menambahkan bahwa kita bersyukur Desa Karangturi Lasem kaya dengan beragam budaya dan masyarakatnya toleran. Inilah bentuk kebhinekaan tunggal ika yang menjadi motto dasar negara kita Pancasila. Di sinilah pentingnya kebudayaan dalam bidang pariwisata. Mujid berharap Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mampu mendorong masyarakat mengembangkan ekonomi kreatif melalui budaya untuk meningkatkan kepariwisataan.

B. Narasumber 2: Widayanti Bandia

wisata toleransi
Widayanti Bandia

Widayanti menyampaikan: “Ketika mendengar Lasem, pikiran kita tertuju pada Batik Lasem. Lasem juga terkenal dengan pluralitasnya. Masyarakatnya plural dengan beragam budaya dan agama. Hal ini juga tergambar dari corak batik dari Lasem ini. Kalau kita ke Lasem, kita akan merasakan kebhinekaan tunggal ika itu ada di sana seperti Mujid sampaikan barusan. Pariwisata tidak akan indah jika tidak ada keberagamannya. Kami dari Kemenparekraf dapat menjual pariwisata dengan keberagaman yang penuh toleransi seperti ini.”

BACA JUGA:  Strategi Ketahanan Pangan di Masa Krisis

C. Narasumber 3: Drs. Anton Lami Suhadi, M.Si

Anton menuturkan: “Desa Karangturi Lasem ini mampu mengharmonikan antara budaya dan agama di sana dan ini tidak ada pertentangan. Ini luar biasa. Di beberapa daerah lain masih ada benturan-benturan antara budaya dan agama yang belum bertemu dengan baik. Karena itu, pendekatan budaya ini yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama menjadi ciri tersendiri dari Lasem. Mereka mampu menjalin hubungan yang harmonis, adem-ayem, rukun, dan toleran.”

wisata toleransi
Anton Lami Suhadi

Lebih lanjut Anton mengimbuhkan bahwa latar belakang sejarah sejak abad ke-18, penduduk Lasem sudah terbuka, termasuk menerima etnis Tionghoa dan suku-suku lainnya. Mereka hidup berdampingan dan tidak memiliki sejarah konflik di antara mereka. Inilah yang menjadi modal dasar Desa Karangturi Lasem sebagai salah satu Desa Wisata kategori toleransi menjadi model. Wajar jika desa ini memperoleh penghargaan dari pemerintah. “Lasem ini adalah Desa Wisata yang Religi, Berbudaya, dan Toleran,” tandas Anton.

D. Narasumber 4: Rasdadi

Rasdadi berkomentar: “Saat ini Lasem sedang mengembangkan diri menjadi Situs Pusaka. Pusatnya ada di Karangturi. Pasca Lasem menjadi Kota/Situs Pusaka, lantas kita mau apa? Ini menjadi PR buat kami. Apakah cukup sampai pembangunan saja atau kita mengisi dengan konten-konten budaya? Pokdarwis sedang memikirkan konten-konten tersebut untuk menguatkan Lasem sebagai zona Pusaka tadi. Kami juga sedang menjalin kerjasama dengan desa-desa di sekitar kami. Beberapa desa sudah menyetujui dan desa-desa tersebut menjadi penyangga Lasem.”

Ketua Pokdarwis Rasdadi bersama Kepala Desa Muhari berlatar rumah museum

“Kami juga tetap mempertahankan Lasem Night Carnival dan sedang mengembangkan ekspedisi budaya di mana muaranya akan menuju ke recovery sejarah. Kami akan masukkan konten-konten tersebut dalam format digital. Ini sedang kami upayakan mencari dukungan dalam pembuatan digitalisasi tersebut. Selain itu, kami juga sedang mempersiapkan wayang Batik Lasem. Semoga dalam waktu dekat ini bisa pentas secara perdana,” terang Rasdadi.

BACA JUGA:  Sistem Pendidikan yang Efektif di Tengah Masa Kritis

D. Narasumber 4: Purwanto, SH, M.Par

Purwanto menawarkan agar Desa Wisata Karangturi Lasem menyiapkan paket-paket acara yang bisa bertahan lama selama beberapa hari, misalnya 3 hari 2 malam. Para pengunjung bisa menikmati paket acara yang ada, menginap di homestay yang tersedia, dan menikmati kuliner khas desa tersebut. Karena itu, paket-paket acara yang ada harus berbentuk cerita, sehingga wisatawan tidak cukup 1 hari saja menyaksikannya. Mereka dapat beberapa tinggal di desa tersebut menikmati kemasan cerita dalam paket acara tersebut.

wisata toleransi
Purwanto

“Nah, di sinilah Lasem membutuhkan pemandu-pemandu wisata yang mampu menceritakan kisah-kisah menarik yang ada di Lasem. Selain itu, karena lokasi Lasem sangat strategis tidak terlalu jauh dari bandara internasional Juanda di Jawa Timur, tentu para wisatawan dapat mampir ke sana,” tambah Purwanto.

Acara bernama Pelangi Indah ini berlangsung setiap hari Jumat kerjasama antara Radio Surya Kebenaran, media online interestnews.or.id, dan Disporapar Jawa Tengah. Pemandu acara adalah Romario.

Pewarta: Boy Tonggor Siahaan

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *