Setangkai Mawar Merah

“Mengapa kau begitu gugup? Apakah menurutmu Raja seorang yang menakutkan?! Apa yang kau dapatkan selama ini?” Ujar pria itu santai balik menghujaninya pertanyaan. “Sang raja kita bukan orang yang haus rasa hormat. dia juga manusia biasa sama seperti kau yang ingin diperlakukan sebagai seorang teman atau sahabat. Selama ini semua orang takut dan memujanya dan raja sudah muak akan hal ini. saat ini Raja mencari seorang Ratu yang dapat menjadi segalanya baginya yang lahir dari hati. saat ini kau bebas bersikap di hadapan Raja. tidak akan ada penghukuman karena ini adalah ajang pilihan. bersikap sebagai rakyat yang hormat oleh karena memuja dengan rasa takut atau rasa hormat atas dasar kasih dan cinta. itu jelas berbeda dan pilihan ada ditanganmu…” Kata pria itu dengan panjang lebar. 

Hadasa terperanggah dengan apa yang dikatakan sang pria tersebut. “Ada apa? kog kamu melamun..”ujarnya lagi dengan nada menggoda.

“Bagaimana bisa Perkataanmu persis sama dengan yang dikatakan Hegai?”

“Aku mengenal Hegai cukup lama sejak aku masih kecil. Aku tahu dia siapa dan dia tahu siapa aku.” Pria itu terlihat dapat menguasai keadaan sehingga Hadasah segera mencair dan keduanya pun terlibat percakapan yang akrab dan bersahabat. “Jika bukan karena raja, Hadasa, aku suka kamu, kau gadis yang menarik dan menyenangkan aku yakin Raja jatuh cinta padamu. Tapi jika raja tidak memilihmu maka aku yang akan memilihmu…” Kata pria itu dengan nada berseloroh.

“Benarkah ?! jika aku bisa memilih aku pasti memilihmu.” Sahut Hadasa dengan berani tak mau kalah, matanya tampak berbinar cerah.

Pria itu terperanggah “Aku tidak salah dengar? apa kau rela memberikan mawar merah itu untukku bukan untuk raja?” Hadasa menunduk ada gurat kesedihan di wajahnya. melihat ini pria itu beranjak dari duduknya. “Aku senang bertemu denganmu. jika raja memilihmu, ingatlah kenangan bersamaku. Jangan pernah melupakan aku sekalipun pertemuan ini singkat namun sangat berkesan di hatiku. Aku harus masuk menjemput Raja. Hadasa, ini rahasia kita berdua ya..! jika tidak kita akan..”ujarnya memperagakan tangannya membelah lehernya.

BACA JUGA:  Hujan Salju Turun di Kopeng

Melihat itu Hadasah tertawa lebar. “Mati berdua!” 

“Ssttt! di sini banyak mata-mata. jika ada langkah datang mendekat kau harus menundukkan wajah dan tubuhmu untuk memberi hormat sampai Raja menyuruhmu untuk berdiri tegak!” Ujarnya mengingatkan sambil berlalu.

Hadasa mengangguk dengan iringan tawa segar sambil Melambaikan tangannya. wajahnya tampak gembira ada rona bahagia di sana. namun tidak lama rasa gelisah dan resah mulai menghantuinya. Sebentar lagi ia berhadapan dengan raja. 

Suara Langkah tegap terdengar mendekat. Hadasa segera bangkit dari duduknya dan segera siap bersujud membungkukkan tubuhnya di lantai. sekilas matanya sempat menangkap sepatu megah membungkus kaki sang raja yang mendekat dan tepat satu diri di hadapannya.

“Paduka yang mulia saya memberi hormat!”ujar Hadasa dengan suara bergetar penuh. sekarang ia akan berhadapan langsung dengan raja yang besar di negeri ini. Jantungnya berpacu kencang. pikirannya berkecamuk. antara teori dan praktek begitu jauh berbeda.

“Berdirilah Hadasa!” Suara sang raja terdengar tegas dan berwibawa, tertawa kecil. “Berhentilah bersikap demikian dan pandang wajahku,” Suara tegas dari orang yang baru saja dikenalnya namun sudah akrab di hatinya.

Hadasa tersentak dengan suara yang tidak asing di telinganya yang baru saja berlalu. Secara spontan ia langsung berdiri dan memandang ke wajah sang raja. Alangkah kagetnya dia, di hadapannya berdiri pria yang sejak tadi menemaninya bercanda dan bercengkerama namun saat ini ia berpakaian kebesaran seorang raja. “Ka..kau adalah..ba…ba…Baginda?” Terbelalak nyaris terjatuh saking kagetnya. 

“Sudahlah Hadasa! Sejak kau masuk aku sudah melihat dan mengamatimu. Sejak itu rasanya aku menyukaimu. aku telah menjadi diriku sendiri di hadapanmu yang tidak pernah kulakukan selama ini. Aku, memilihmu…” Raja Ahasyweros tersenyum menarik kedua tangan Hadasa, meremas jemarinya dengan lembut dan menatap kedua bola mata Hadasa dalam-dalam. Setangkai bunga mawar Merah terjatuh ke lantai ketika Raja Ahasyweros merengkuh Hadasa dalam dekapannya. (Tamat) 

BACA JUGA:  Ketika Dina Menulis Diary

Oleh : Lasma M Simbolon

Ketua Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA Indonesia) Prov. Jawa Tengah

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan