Stunting pada Anak Butuh Peran Keluarga

INTERESTNEWS — Saat ini salah satu yang menjadi fokus pemerintahan adalah pencegahan stunting pada anak. Ini sebagai upaya agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Anak-anak Indonesia mempunyai fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. Stunting bukan hanya menganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil), melainkan juga menggangu perkembangan otaknya, yang tentunya sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah.

Dalam upaya mencegah stunting, maka pada Hari Keluarga Nasional (HARGANAS), Pemerintah mengangkat tema penurunan stunting pada anak, Jakarta, Kamis (29/6/2022).

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan: “Stunted (pendek) itu yang diukur, di Indonesia masih menggunakan stunted. Sedangkan yang namanya stunting itu ada ikutan-ikutannya. Ada sebab akibatnya maka dikatakan stunting dan bisa dikoreksi dalam 1.000 hari kehidupan pertama karena potential growth tercipta pada 1.000 hari kehidupan pertama.”

Hasto mengatakan: “Di Posyandu sekarang hanya mengukur pertumbuhan panjang dan berat tanpa mengukur perkembangan sebagai pendekat.”

Kepala BKKBN menambahkan bahwa apabila pengkajian lebih ilmiah ukuran di Indonesia itu berbeda dengan standar Internasional. Stunted di Indonesia kurang dari 2 standar deviasi, tetapi internasional juga berbeda dengan di Indonesia.

Kita dapat membedakan pendek dan stunting dengan memperhatikan kondisi keluarganya. Anak dengan tubuh pendek biasanya terlahir dari orangtua yang tidak terlalu tinggi. Ini berbeda dengan anak yang terus mengalami keterlambatan tumbuh (stunting). Anak dengan kondisi seperti ini biasanya tumbuh lebih lambat sekitar 4 sentimeter tiap tahun di masa pra pubertas. Anak stunting juga mengalami keterlambatan masa puber yang biasanya di usia 15 tahun.

BACA JUGA:  Hari Bidan Sedunia, 100 Tahun Kemajuan

Indonesia saat ini masih menghadapi permasalahan stunting yang membahayakan kehidupan anak. Sekitar empat dari 10 anak saat ini kemungkinan mengalami stunting. Ini berpotensi merugikan negara secara finansial dan non materi. Orangtua dapat mencegah stunting bila menyadari pentingnya asupan gizi dan merencanakan kehamilan dan pernikahan. (IN)

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *