Hati-Hati Pemuja Setan, Rekrut Generasi Muda

INTERESTNEWS — Hati-hati pemuja Setan. Mereka merekrut generasi muda. Baru-baru ini, INTERESTNEWS memperoleh informasi dari pengaduan seorang ibu, Jawa Tengah, Senin (30/5/2022).

Seorang ibu (43) menangis dengan berurai air mata, dengan wajah sedikit pucat dengan menggenggam tangan kanannya, menghampiri INTERESTNEWS.

“Tolong saya bu,” ujar ibu itu sambil terduduk di trotoar jalanan sambil menangis. Untung saja jalanan tampak sepi.

Setelah menenangkan diri sejenak, ia berkeluh kesah ia pun menuturkan kisahnya.

Anak saya Eko (nama samaran), rupanya dia masuk dalam komunitas pemuja setan. Anak saya ini “pendiam dan aslinya baik hati. Suatu hari ia berkenalan dengan temannya dari luar kota. Sedikit kucel namun orangnya baik. Suka membantu saya yang sedang membuat jajanan untuk jualan. Kemudian, anak itu mengajak anak saya pergi. Lama tidak kembali. Tiga bulan kembali penampilan anak saya berubah. Kucel dan berbau kayak anak jalanan yang biasa itu loh bu,” ujarnya.

Lanjut cerita ibu tersebut: “Rupanya, temannya itu merekrutnya masuk anggota pemuja setan. Sudah bertahun-tahun dia kadang datang dan pergi sesukanya. Dulu penampilannya selalu kucel, tetapi sudah berubah saat beberapa hari ia datang. Ia bersih dan seperti berpendidikan. Anak saya bilang, ia sudah jadi pemimpin sekarang dan harus merekrut anggota baru. Kalau tidak akan, mereka akan menyiksanya. Sebaliknya jika dapat merekrut anggota baru, ia dapat uang dan naik jabatan.”

Belum ibu itu selesai menyelesaikan perkataannya, seorang anak muda dengan gaya santai bercincinkan mahkota tengkorak dan berjaket topi kerucut datang menghampirinya.

‘Ini dia ibu. Tolong larang dia merekrut adiknya,” tangis ibu itu.

Respons si Anak

“Wah, ibu masih ingat saya?” tanya anak muda itu nyaris teriak. “Dulu ibu bawa kami makan di restoran di Lombok Ijo, Semarang tahun 2012. Ingat? Saya itu Eko yang kucel, tetapi sekarang keren. Saya tidak akan lupa. Teman-teman ada beberapa yang cewek bunuh diri. Wah kog bisa kenal ibu saya. Sebenarnya, pas lihat ibu saya gemetar dan takut, tetapi saya kenal ibu.,” ujarnya.

BACA JUGA:  Lulus Menjadi Prajurit TNI Setelah 4 Kali Gagal

INTERESTNEWS tersentak, “Loh? kamu toh! Dulu kamu kucel. Kamu toh, kog beda. Ini ibumu?”

Saat menikmati santap siang bersama dengan para anak jalanan dari berbagai daerah, tahun 2012

Eko, berkisah: “Saya naik jabatan bu. Mau gimana lagi? Ya jalanin aja meski masa depan suram. Saya menyesal masuk komunitas ini. Dulu ada niat waktu ketemu ibu, tapi susah. Saya dan jutaan anak muda yang terjebak ingin lepas, tapi tidak bisa. Kami tahu kalau kami akan tinggal di neraka. Tapi bagaimana lagi? Awalnya semua tipuan. Saya tertipu. Pertama semua penuh dengan kepedulian yang kuat. Saya Islam, ya. Saya memperoleh pemahaman menjadi Islam yang benar, tetapi lama-lama ternyata semua hanya kedok. Kita tidak tahu, yang penting fun saja. Ingin cari sesuatu yang berbeda terjebak dengan ngobat, seks, dan kehidupan yang bebas hingga akhirnya sudah tidak bisa keluar lagi. Jika bisa memilih, pasti banyak yang mau keluar…”

Eko menuntun adiknya beringsut ke ibunya berkata: “Bu, saya tidak mau ikut mas.”

Setelah bicara panjang lebar, Eko berjanji tidak akan merekrut adiknya.

“Tadi tangan saya dijepit ke pintu, dan saya teriak lari. Tidak kuat, saya sayang anak saya, tetapi setiap malam ia harus membuat dupa untuk pemujaan setan di rumah. Saya takut bu, anak saya bilang kalau berhasil bunuh orangtua ia dapat menjadi pemimpin tertinggi. Kalau merekrut anggota keluarga bisa dapat uang banyak. Jika tidak, ia harus jalani konsekuensi. Saya sudah putus asa. Saya juga tidak mau seperti ini,” ujarnya dengan mata menerawang kosong.

Waspada dan Hati-hati Pemuja Setan

“Kami diajarkan benci agama, khususnya Kristen. Namun anggota kami menyebar di gereja besar, kecil dan mereka tampak alim untuk merekrut. Ikut ibadah baca mantera supaya ngantuk, gelisah dan tidak fokus ibadah. Target anak muda. Jika sudah sampai perjanjian darah tak bisa keluar lagi. Penyesalan pun percuma. Sekarang bagaimana lagi tidak ada kata tidak, harus rekrut anggota baru. Sampai saat ini saya belum dapat. Jadi saya minta ijin ibu saya, merekrut adik saya,” ucap anak itu.

BACA JUGA:  Relawan Penurun Jenazah Covid-19 di Sragen

“Gila kamu!” teriak ibunya. “Kamu sudah tersesat, masak kamu mau bawa adikmu hidup tersesat,” lanjutnya.

“Tolong saya, saya ingin bebas. Doakan saya bisa lepas suatu hari nanti,” ujar anaknya sambil berjanji untuk tidak merekrut adiknya.

Menurut Eko, mereka harus mencapai target, apapun caranya. “Kalau biaya tidak masalah, satu jiwa itu antara 500 rb hingga jutaan. Jadi tergiurlah, wong gak punya uang. Lama-lama baru nyesal. Kalau tidak dapat ya, kita menerima siksaan. Sebaliknya, kalau dapat, uang, sex dan obat bebas. Kalau jadi pemimpin, ya kayak saya. Jadi rapi tapi harus terus merekrut. Kami juga dengan mudah merekrut lewat komunitas game,” tandasnya.

Beberapa hari kemudian INTERESTNEWS bertemu kembali dengan si ibu tersebut. “Bu, Eko sudah pergi. Saya tidak tahu harus bagaimana? Saya bawa ke Pak Kyai, tetapi dia tidak mau dan menghilang. Syukur adiknya selamat. Ia bisa saja tiba-tiba muncul,” ungkapnya.

Makan siang di RM Lombok Ijo, mengingatkan kembali. Hati-hati pemuja Setan. Waspada dengan anak-anak kita generasi muda saat ini. (in)

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *