Desa Wisata Karangturi Lasem, Toleransi Kaya Budaya

INTERESTNEWS — Kita melihat sebuah warung rakyat biasa yang sederhana milik asli Tionghoa Oei Hong An (64) alias Slamet bersama Loo Giok Lan/Hartini (68). Kerukunan antarumat beragama dengan beragam etnis dan suku ada di sini. Jawa Tengah memang gudangnya toleransi dengan budaya yang santun dan mumpuni membuat jiwa Kebhinekaan Tunggal Ikanya sangat kental. Mari mengikuti penyelusuran INTERESTNEWS ke Desa Wisata Karangturi Lasem ini, Kamis (21/4/2022).

Kami memulai perjalanan dari Salatiga kira-kira pukul 09:17 melalui jalur Desa Beringin Salatiga, Purwodadi, hingga tiba pukul 14.00 di Desa Karangturi Lasem. Desa ini berada di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Memasuki wilayah desa ini, deretan bangunan berarsitektur Tionghoa tempo dulu berjejer rapi. Aroma khas rumah kuno dan tua. Melewati pusat kota Lasem, kita akan melewati rumah-rumah tua dan kuno. Sangat tepat untuk pilihan spot foto yang menarik.

Desa Wisata Karangturi Lasem
Keluarga Oei Hong An ( Slamet beserta istri Loo Giok Lan) pemilik warung sederhana

Memasuki lokasi, kami memasuki sebuah warung rakyat biasa yang sederhana milik asli Tionghoa Oei Hong An (64) alias Slamet bersama Loo Giok Lan/Hartini (68). Sesaat kami berbincang di sana, sambil berdiskusi mengenai Desa Lasem. “Warung ini, sudah lama puluhan tahun,” ujar Slamet. “Di sini semua suku ada. Tempat ibadah juga ada,” lanjutnya.

Ketua Pokdarwis Rasdadi bersama Kepala Desa Muhari berlatar rumah museum

Muhari, Kepala Desa Karangturi Lasem mengatakan kepada INTERESTNEWS bahwa warga desa ini memiliki rasa toleransi yang kuat dalam tolong-menolong dan kerjasama.

“Saya sudah tiga periode sebagai kepala desa. Sebagai seorang Muslim, dan menjadi kepala desa niat saya ibadah. Misi saya menyejahterakan masyarakat khususnya desa kami Karangturi. Awalnya saya terpilih tidak ada bagi-bagi uang. Kedua, saya terpilih karena tidak ada lawan. Ketiga, ada lawan tapi menang. Sampai saat ini saya belum punya rumah masih menempati morotuwo karena jabatan saya memang bukan untuk kaya. Ingin benar-benar mengabdi untuk membangun desa,” ujarnya.

BACA JUGA:  Manjakan Mata & Paru-Paru, Hutan Pinus Kayon Pilihan Tepat

Beragam Toleransi

Lebih lanjut, Muhari mengatakan: “Saya harus menjadi pengayom bagi semua warga yang memiliki suku, agama, dan golongan yang berbeda. Namun demikian, kita harus saling menghargai dan bahu-membahu dalam membangun desa. Inilah desa Karangturi yang beragam budaya dan agama, namun memiliki toleransi yang kuat.”

Sementara itu, Rasdadi Ketua Pokdarwis Desa Wisata Karangturi membawa kami menelusuri tempat-tempat sejarah dan budaya dengan sepeda motornya. Saat hujan gerimis kami berteduh di lokasi kuliner dekat dengan sebuah pesantren.

Selain Budaya Desa Lasem Karangturi terkenal dengan pengrajin batik tulisnya (foto: interestnews, red)

“Melestarikan Bangunan Cagar Budaya, orang sekitar mengenal desa ini sebagai kampung pecinan karena kentalnya nuansa Tionghoa di sini. Itulah sebabnya destinasi utama wisata Lasem meliputi cagar budaya bangunan pecinan, museum nusantara, dan batik tulis Lasem. UNESCO sudah menetapkan batik tulis Lasem sebagai warisan dunia dan kopi lelet Lasem yang khas melegenda. Kota tua yang penuh budaya,” paparnya.

Lanjutnya lagi, mengenal Lasem, kota tua yang penuh budaya pasti lekat juga mengenal sentra Batik Lasem yang melegenda. Tak heran, banyak orang sangat meminati batik carnival “Lasem Fest”. Banyak kegiatan seperti Kesengsem Lasem, Laseman, Metamorfosa, dan masih banyak lagi. Kegiatan ini melibatkan masyarakat setempat yang sangat terkenal dengan jiwa toleransinya. Hal ini sangat menarik minat para wisatawan asing atas Batik Lasem, sebelum pendemi.

Renovasi

Tahun 2021 pemerintah dan warga masyarakat dari kabupaten sampai di tingkat pusat, khususnya Dinas Parawisata Provinsi, melakukan renovasi Lasem Kota Pusaka. Penataan Lasem Kota Lama termasuk Desa Karangturi sebagai bagian prioritas pembangunan cagar budaya dari Kementerian PUPR mendukung gerakan wisata literasi nusantara.

Desa Wisata Karangturi Lasem

Pembuatan Desa Wisata Karangturi “Dewi Linusa” Desa Wisata Literasi Nusantara adalah membantu program pemerintah pusat Gerakan Literasi Nusantara dari Kemendikbud. Museum Islam Nusantara di kompleks Makam Adipati Tejokusumo Masjid Besar Lasem yang memiliki jendela bertuliskan Al Qur’an 30 Juz, Pondok Pesantren di kampung Pecinan serta Tiongkok Kecil menjadi bagian destinasi Integrasi pendidikan literasi Nusantara.

BACA JUGA:  Kampung Wisata Sunan Jogokali, Kembali ke Alam

Warga Indonesia mengenali batik tulis Lasem atas warna merahnya yang berani dan polanya yang cukup kompleks ketimbang pola batik yang lain di Jawa tengah. Hal tersebut juga dilandasi oleh riwayat panjang hasil akulturasi dari budaya China dengan warga di tempat di Lasem. Anda dapat praktek sendiri langsung membatik.

Fransiska atau panggilan akrabnya Chika aktif memperkenalkan batik tulis Lasem sesudah jatuh hati pada budaya dan batik kota itu waktu berliburnya sebelumnya. Namun tidak berhasil berbincang dengannya, mengatur waktu kemudian hari.

Desa Wisata Karangturi Lasem
Desa Wisata Karangturi Lasem Meraih Juara 1 sebagai Desa Wisata dengan kategori Budaya.

“Sejak pendemi pengunjung berkurang. Sekarang sudah mulai sih semoga pendemi ini sudah berakhir. Bisa normal. Selama ini turis asing jarang. Jika nanti normal penghasilan akan bertambah,” ujar salah satu pedagang Batik yang tidak ingin menyebut namanya.

Berbicara Lasem benar-benar tidak selalu mengenai batik tulisnya yang legendaris, dan juga cerita Laksamana Cheng Ho sampai beberapa bangunan tua yang menghiasnya. Silahkan kita menjaga batik tulis Lasem dan yang lain di tanah air supaya masih lestari. (ls)

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *