Oscar: “Percaya Tuhan, Mengapa Hidup Begitu Sulit”

interestnews,- Pernahkah kita mempertanyakan mengapa kita harus percaya Tuhan, sementara harus menjalani hidup yang sulit dan susah? Masalah datang bertubi. Seakan tidak ada jalan keluar. Putus asa dan kecewa terhadap Tuhan serta mengasihani diri. Itulah yang dialami oleh Ir. Happy Oscar Pakpahan, MA, M.Th

Happy Oscar Pakpahan, sejak lahir sudah Kristen. Seluruh keluarga besarnya Kristen. Bahkan Oscar hampir tiap hari ke gereja sebab gereja terletak di depan rumahnya. Apakah itu untuk sekolah minggu atau bermain pokoknya setiap hari ke Gereja dan selalu ibadah minggu. Namun, rupanya, rajin ke gereja dan selalu aktif tak menjamin untuk yakin akan kebaikan Tuhan.

Ir. Happy Oscar Pakpahan, MA, M.Th

Saking rajinnya ke gereja, ia bahkan ikut dalam kegiatan gereja seperti menolong jemaat. Meski demikian, dalam hal keimanan dan kedalaman pengajaran kekristenan ia belum paham. Hingga ia lulus SMA ia merantau melanjutkan studi ke Bogor.

Mengapa Lahir Tidak Orang Kaya

“Tahun 1985, saya lolos dan masuk IPB. Keluarga saya bukan keluarga kaya. Sederhana saja. Terkadang saya bertanya mengapa saya tidak lahir dalam keluarga kaya. Saya percaya Tuhan tapi mengapa saya susah. Mengapa hidup begitu sulit.” Itulah pertanyaan yang timbul dalam hatinya, ketika suatu hari di saat ia sangat bersemangat kuliah.

Sejak kuliah di Bogor. Oscar mengikuti kegiatan mahasiswa. Di sana ia bertemu dengan teman satu kelas. Ia bertanya tentang keselamatan. Meski ia mengaku rajin ke gereja namun masalah keselamatan ia tidak paham.

“Teman saya itu menceritakan tentang Yesus (Yeshua). Selama ini saya hanya berpikir yang penting ke gereja tapi tidak mengerti mengenai injil. Akhirnya teman saya ini menyampaikan injil kepada saya. Ia sampaikan kalau Tuhan mengasihi saya. Ia Bertanya: “Kalau kamu mati masuk surga atau neraka? saya bilang neraka.” Teman saya : “Tadi kita bicara bahwa Yesus mati untuk menebus dosa manusia. Termasuk dosamu? Saya jawab: “Iya!” Mengapa kamu masih berdosa juga? Poinnya adalah karena kamu belum pernah menerima dia secara pribadi. Secara sungguh-sungguh kamu orang berdosa kamu sadar bahwa ketika terima dan percaya Yesus. Yesus mati untukmu itu juga kamu sudah bebas dari dosa. Lalu ia menuntun saya berdoa. Saat itu saya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.”

Bersama Putra Sulungnya Michael Pakpahan didampingi sang istri tercinta Marshinta

Saat itu juga Oscar pikirannya terbuka bahwa Yesus sudah mati untuknya, untuk dosa manusia. Mestinya tidak ada lagi dosa yang membelenggunya. Mestinya semua manusia selamat. Persoalannya adalah sama seperti saya tidak tahu dan tidak sadar kalau saya harus menerimanya secara pribadi.

BACA JUGA:  Big George di Antara Kebencian & Amarah

“Saya akhirnya, terima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat. Itu suprise luar biasa bagi saya, akhirnya saya ikut persekutuan. Sejak itu, saya aktif dalam ibadah kampus.” Jelasnya.

Hingga suatu saat, sepucuk surat dari kampung ia terima dengan rasa duka dan kesedihan yang dalam. Surat itu berisi bahwa ibu yang dikasihinya telah tiada. Meninggal. Berita ini saja sudah sangat membuat hatinya larut dalam kesedihan. Ada isi surat yang membuatnya semakin hancur hati dan kecewa.

“Saya  mendapat surat dari papa saya yang berisi bahwa mama saya sudah meninggal sehingga saya tidak dapat melanjutkan kuliah lagi. Saat itu saya linglung. Kecewa. Hancur hati dan kecewa sama Tuhan kenapa saya jadi orang miskin.” Ujarnya lirih mengingat masa itu.

Ir. Happy Oscar Pakpahan, MA, M.Th dan keluarga Bersama satu keluarga Cabang GKKD Salatiga

Entah alasan apa orang tuanya memberi nama Happy Oscar sementara ia hanyalah seorang anak orang miskin yang susah hati, yang tidak dapat melanjutkan kuliahnya. Saat itu, ia termenung dan terlarut dalam kesedihan yang meratapi diri. Sudah dua minggu ia tidak berangkat kuliah karena tidak ada uang sama sekali.

“Saya tidak punya uang untuk makan. Lalu saya pergi ke tempat foto copy. Saya bilang Ko, saya ini mahasiswa IPB tapi belum makan. Bolehkah saya bantu-bantu bekerja? Yang penting saya di kasih makan saja.”

Sejak itu, pria yang akrab dipanggil Oscar ini setiap hari bantu di toko foto copy tersebut agar dapat makan. Ketika ia masih larut dalam kesedihan tiba-tiba seorang teman datang: “Mengapa kamu? Kenapa Sedih?”

“Saya sudah tidak bisa kuliah lagi.” Jawabnya singkat.

“Bolehkah saya berdoa untukmu.” Ujarnya lalu ia berdoa.

“Sejujurnya, saat itu saya tidak butuh doa yang saya butuh itu uang. Tapi karena saya hargai bagaimana pun dia sudah peduli. Saat ia berdoa tutup mata. Saya buka mata. Waktu dia habis berdoa dia bilang begini: “Oscar ketika kita tadi berdoa itu saya mendapat pesan dari Tuhan bahwa solusimu itu ada di rektor. Coba kamu datangi rektor mungkin dia bisa bantu kamu.” Katanya mengisahkan pertemuannya dengan temannya itu.

Mendengar ini, Oscar bukannya senang malah berpikir bahwa yang mengalami kesusahan uang itu bukan hanya dia tapi banyak mahasiswa. Orang tua mahasiswa yang meninggalpun banyak. Bagaimana mungkin ia special. bagaimana mungkin rektor memperhatikan saya. Itulah yang bergulat dipikirannya.

Usai pertemuan dengan temannya, ia kembali ke tempat kerjanya. Setiba di sana ada teman satu jurusan dengannya berkata: “Oscar kamu dicari rektor. Kamu banyak pengumuman. Rektor membuat pengumuman mencarimu.” Ujar temannya serius.

BACA JUGA:  Buya Syafii Maarif, Ulama Muslim Moderat dan Sejarawan
Bersama keluarga kecil dengan kehadiran putra bungsu Osten

Luar biasa! Hampir di semua fakultas ada pengumuman mencari dirinya dari Rektor. Tak terasa sudah tiga minggu ia tidak kuliah. Mendengar itu ia pun pulang mengambil sepucuk surat dari bapaknya dan membawanya menghadap Rektor.

Rektor : “Mengapa kamu tidak kuliah. Belum pernah saya sebagai rektor mengajar tiga minggu berturut-turut ada mahasiswa yang tidak datang kecuali kamu. Ada apa?”

Oscar : “Saya makan saja susah bagaimana untuk kuliah.”

Rektor : “Pada dasarnya kamu masih pengen kuliah?

Oscar : “Masih pak!”

( Waktu itu, ada program beasiswa yang ia ikuti. Program kuliah ke luar negeri bebas biaya. Setelahnya  dapat kerja di sebuah perusahaan besar. Selama tiga tahun di Jerman nanti sudah dapat bekerja. Ia mendaftar, tes pertama dan kedua menang, namun tesnya masih cukup panjang. Ia pun mencoba peluang yang ada ikatan dinasnya. Rupanya rektor mengetahuinya dan menjelaskan kalau diploma hanya gol II B, kalau S1 IIIA, jelas rektornya.

“Iya pak! Tapi saya duitnya tidak ada.” Sahutnya.

Mendengar ini sang Rektor lalu telepon kemahasiswaan. “Tolong anak ini kasih beasiswa.”

Rektor: “Kira-kira, berapa biaya hidupmu supaya kamu bisa kuliah.”

Oscar: “lima puluh ribu!”

Rektor: “Setiap bulan kamu dapat 25 ribu dari beasiswa  dan dari saya 25 ribu supaya kamu tetap bisa kuliah.”

Setelah selesai pertemuan itu Oscar yang bernama lengkap Happy Oscar Pakpahan teringat atas perkataan temannya yang mendoakannya.

“Hebat sekali ya Tuhan saya ini. Selama ini saya berpikir menjadi anak Tuhan akan banyak berkat namun faktanya malah orang tua meninggal. Makan susah. Makan hanya sekali sehari. Percaya kepada Tuhan koh hidupnya susah. Tapi setelah pertemuan dengan rektor dan rektor mengajaknya ambil uang. Saat itu saya minta ampun kepada Tuhan.” Ujar ayah dari Michael Pakpahan dan Osten Pakpahan ini sambil tertawa.

Ia melihat ini bukan hubungannya dengan rektor tapi Tuhan karena saat temannya mendoakan dan menyampaikan pesan persoalannya diselesaikan rektor. Bagaiman mungkin ini tidak masuk akal. Ia tidak melihat ini pekerjaan Rektor namun pekerjaan Tuhan yang menolongnya. Menggerakkan hati Rektor.

“Coba kamu pergi ke Rektor di sana ada jawaban Tuhan.” Itu pesan Tuhan lewat temannya dan terjadi.

“Saya tidak mendatangi Rektor tapi Rektor yang membuat pengumuman mencari saya. Jadi, itu pasti Tuhan. Itulah yang menguatkan dan mengubahkan saya dan saya mencari teman saya itu. Ia memeluk saya dan kami menagis. Tuhan baik.”

BACA JUGA:  Sutan Laham Simanullang, Tokoh Pejuang yang Patut Dikenang

Pengalaman itu, membuat Oscar yang akhirnya berhasil menyelesaikan kuliahnya sehingga nama lengkapnya telah menjadi Ir. Happy Oscar Pakpahan.

“Sejak itu, saya melayani Tuhan dan saya tidak pernah lagi bertanya mengapa Tapi saya percaya Tuhan itu baik hingga saat ini. Memang masalah akan tetap ada namun Tuhan selalu menyatakan keajaiban dan pertolongannya.” Ujar Oscar tersenyum.

Oscar dengan tekun dan hati bernyala-nyala tetap setia melayani Tuhan. Selama mahasiswa ia mulai jadi asisten dosen. Mengajar bimbel dan komputer. Ia hanya menggunakan besiswanya selama dua bulan karena ia sudah memiliki pemasukan dari mengajar bimbel dan mengajar komputer di jam kuliah.

Sejak ia berdoa menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Hidupnya tidak pernah sama lagi. Ia bergabung di melayani dan bergereja di GKKD (Gereja Kristen Kemah Daud) hingga ia kuliah dan bekerja di sebuah asuransi besar kala itu. Asuransi Bintang.

Bekerja tidak menghalangi nya untuk melayani Tuhan. Baik ketika ia harus pindah tugas ke luar kota atau pulau seperti ke Palembang, Medan, dan daerah lainnya hingga akhirnya ke Semarang. Ketekunan dan kerja kerasnya dalam pekerjaan membuahkan hasil dengan jenjang karir yang menjanjikan.

Hingga ia harus menghadapi pilihan memutuskan berhenti dari pekerjaan atau melayani Tuhan. Oleh karena di Semarang di sebuah gereja GKKD cabang, membutuhkan seorang gembala Sidang

Di ruang kantornya di kawasan Perum Semarang Indah, Semarang Ir. Happy Oscar Pakpahan, didampingi istri tercinta Marshinta bersama tim interestnews.

Melalui pergumulan yang panjang, Oscar memutuskan melepaskan pekerjaannya. Memilih untuk fulltime jadi gembala sidang waktu itu perintisan. Perintis sebelumnya meninggal dunia.

“Di Semarang saya kepala cabang sebuah asuransi. Dipindahkan ke Jakarta. Namun saya memilih tetap di Semarang dan karena Gereja membutuhkan Gembala maka saya memutuskan keluar dari pekerjaan. Melayani Tuhan butuh uang. Bayar sewa gedung dan lain sebagainya. Matius 6:33 meneguhkan saya dan saya membuat consultan asuransi th 2021. Saya harus membiayai tempat ibadah, ruko, gaji, keluarga dan lain sebagainya.

Puji Tuhan! Selalu ada jalan terbuka bagi semua orang yang percaya dan mengasihi Tuhan.”Kata suami tercinta Marshinta ini menutup bincang-bincangnya dengan tim interestnews.or.id.

Ia dapat melalui semuanya. Berhasil membeli Ruko tempat ibadah dan akhirnya membeli sebidang tanah yang cukup untuk ibadah. Memiliki kantor sendiri di kawasan Ruko Semarang Indah dengan kantor Oscar & Partners. (ls)

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan