Big George di Antara Kebencian & Amarah

George Mengalami Perubahan

“Saya bertambah takut karena saya tidak pernah tahu, ada orang yang menganggap uang tidak berharga. Kegelapan itu menarik saya semakin dalam, semakin gelap, dan semakin dalam lagi. Suara itu mengatakan, inilah rasanya maut itu, gelap, kosong, sendirian, dan itu akan berlangsung selamanya. Kemudian saya mendengar suara-suara berbisik, orang-orang yang berteriak-teriak. Semakin lama semakin jelas, perlahan pandangan saya melihat orang-orang di sekitar saya. Ternyata saya sudah kembali ke ruangan ganti,” sambungnya.

Banyak orang mengelilingi George sambil bertanya dengan nada cemas, “Kamu baik-baik saja, jagoan?”

Saya menjawab, “Apakah saya baik-baik saja? Saya merasa seperti orang yang baru. Ada perubahan pada diri saya. Diri saya seperti orang lain. Perasaan ini sungguh luar biasa, tidak dapat saya jelaskan dengan kata-kata.”

“Saya merasa dibebaskan, dilepaskan, tubuh saya terasa sangat ringan. Kemarahan dan kebencian yang selama ini merasuki saya terbebaskan dan terlepaskan. Saya mengerti sekarang apa hidup itu. Ini tidak ada hubungannya dengan tinju, tidak ada hubungannya dengan mengejar gelar juara. Semua ini mengenai Tuhan, tentang kasih-Nya dan pengampunan-Nya,” ungkapnya. Big George langsung mencium semua orang di situ sambil berkata, “Saya mengasihimu, Tuhan mengasihimu!”

Pertobatan George

George menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Ada sebuah perasaan kasih yang besar keluar dari hatinya.”

“Saya berubah haluan jadi koki. Tiga puluh delapan tahun setelah hari itu, saya lebih terkenal sebagai koki daripada mantan juara dunia tinju. Saya memiliki acara masak sendiri di televisi, dan 55 juta peralatan panggang dengan merek nama saya laku terjual di seluruh dunia. Itu belum termasuk kaos, saus, krim cukur, pembersih rumah tangga, dan berbagai peralatan lain. Semua dengan merek nama saya. Orang berpikir saya kaya karena bertinju. Mereka salah. Seluruh penghasilan saya dari bertinju seumur hidup jauh lebih kecil dengan nilai kontrak peralatan panggang yang saya buat. Tuhan memberkati saya melimpah justru saat saya bertobat, undur dari dunia tinju, dan melayani-Nya sepenuh hati,” kata George.

BACA JUGA:  EWP Tambunan, Sosok Gubernur yang Jujur

Pertandingan Big George dengan Jimmy Young itu adalah yang terakhir. Setelah usai pertandingan, seorang George yang dikenal petinju kelas berat, menggantung sarung tinju dan mulai rajin ke gereja. Awalnya, ia hanya duduk bersembunyi di pojok gereja, yang tidak ada yang tahu kehadirannya.

Namun, mereka menyadari kehadirannya dan menyuruhnya bersaksi di depan jemaat.

“Saya yang terbiasa bertinju ditonton oleh jutaan orang, kali ini berbicara di depan sedikit jemaat. Kaki saya gemetar,” kenangnya.

Selanjutnya, George melayani sepenuh waktu dengan menjadi pendeta, membangun gereja di lingkungan tempat saya dibesarkan. Saya kini memiliki pertarungan yang berbeda, yaitu melawan kemiskinan, rumah tangga yang hancur, kenakalan remaja, penyakit mematikan, tekanan mental, dan banyak problem lain. Setiap kali berhasil menang terhadap masalah itu, rasanya jauh luar biasa daripada menang ‘KO’.

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan