Big George di Antara Kebencian & Amarah

Suara dalam Kegelapan

Tahun 1977 George kembali masuk pertarungan tinju paling penting dalam kehidupannya saat melawan Jimmy Young di Puerto Rico, 17 Maret 1977.

“Saat itu, saya sedang berusaha merebut gelar juara dunia kembali. Tapi pertarungan saat itu paling berat, berakhir 12 ronde dengan keputusan wasit saya kalah. Saya dibawa masuk ke ruangan ganti dengan setengah pingsan, lambung saya terasa sakit karena pertarungan itu. Saya duduk bersandar di locker dikelilingi pelatih dan para official sambil berteriak-teriak, “Rematch! Rematch…!” (pertandingan ulang).” George ingin tetap harus jadi juara.

Situasi riuh, terjadi keributan. Saat keributan terus berlangsung di sekitar George. Ia jatuh pingsan.

“Saya merasa sekeling saya gelap. Dalam kegelapan itu, saya mendengarkan sebuah suara berkata: “Kalau engkau percaya pada Tuhan, mengapa engkau begitu takut? Saya kaget mendengar suara itu. Kemudian dengan marah saya menjawabnya: “Siapa bilang saya takut? Siapa yang menyebut-nyebut Tuhan?”

George membalas suara itu dengan mengatakan bahwa dengan kerja keras ia harus menang.

“Saya harus keluar dari kemiskinan ini. Hanya dengan usaha keras saya sendiri dan bagaimana saya harus berjaya dengan kekuatan saya. Suara itu diam dan perlahan muncul ketakutan dalam hati saya, sebuah perasaan kematian. Saya merasa akan mati. Ini adalah akhir dari semuanya. Saya mencoba tawar-menawar dengan suara itu. “Saya adalah George Foreman, biarkanlah saya hidup, maka saya akan banyak menyumbang untuk amal,” ujarnya.

Big George
Setelah berhenti bertinju George beralih haluan jadi Koki yang membawany memiliki perusahaan besar.

Suara itu menjawab: “Saya tidak mau uangmu George. Saya menginginkan engkau!”

Mari Bagikan
BACA JUGA:  EWP Tambunan, Sosok Gubernur yang Jujur

Tinggalkan Balasan