Surplus Neraca Perdagangan Maret 2022 Sebesar $4,53 Miliar

INTERESTNEWS — Pemerintah mampu meningkatkan surplus neraca perdagangan Maret 2022 sebesar $4,53 Miliar. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu menyampaikan hal tersebut dalam rilisnya pada Rabu (20/04/2022) di Jakarta.

Nilai surplus sebesar $4,53 M ini meningkat pada neraca perdagangan bulan sebelumnya sebesar $3,83 M. Pada bulan lalu memang neraca perdagangan kita mengalami surplus. Hal ini melanjutkan tren surplus selama 23 bulan berturut-turut. Kita bisa bilang, ini sebuah prestasi pemerintah yang luar biasa.

Lebih lanjut, Febrio menjelaskan bahwa kinerja neraca perdagangan kita masih menguat. Ini akan memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2022.

Selama triwulan I 2022, kenaikan neraca perdagangan Indonesia tercatat sebesar $9,32 M. Ini meningkat sebesar 68,78% ketimbang triwulan yang sama pada 2021 sebesar $5,52 M.

Menurutnya, kondisi neraca perdagangan yang surplus ini karena nilai ekspor yang masih lebih besar daripada nilai impor.

Ekspor Indonesia pada Maret 2022 mencatatkan surplus sebesar $26,50 M ketimbang bulan sebelumnya. Ada kenaikan sebesar 44,36%. Pertumbuhan ekspor terjadi baik pada komponen migas 54,8% maupun non-migas 43,82%.

“Nilai ekspor terus bertumbuh seiring pergerakan harga komoditas global yang masih berada pada tren peningkatan sejak 2021 dan kini semakin tereskalasi karena terjadinya konflik geopolitik. Semoga pertumbuhan ekspor berkontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia 2022 yang saat ini juga semakin solid pemulihannya. Meningkatnya ekspor akan berdampak pada aktivitas investasi dan konsumsi domestik,” kata Febrio.

Sementara itu, kinerja impor juga meningkat tajam, terutama untuk memenuhi kebutuhan produktif. Pada Maret 2022, impor bahan baku, barang modal, dan barang konsumsi mengalami pertumbuhan positif ketimbang bulan yang sama tahun lalu.

“Peningkatan impor bahan baku dan barang modal mengindikasikan semakin pulihnya aktivitas industri dalam negeri. Sementara peningkatan impor barang konsumsi mengindikasikan pulihnya daya beli masyarakat,” pungkas Febrio.

BACA JUGA:  Energi Terbarukan, Ridwan Hisjam Sebut 3 Syarat Revolusi

Pewarta: Boy Tonggor Siahaan

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *