Desa Wisata Kedu, Gerai Wayang & Ayam Cemani

INTERESTNEWS — Desa Wisata Kedu, gerai wayang dan ayam Cemani, merupakan desa wisata yang tersohor dengan cerita wayangnya dan kemewahan ayam Cemaninya. Desa ini, terletak di tengah-tengah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Kedu, Kecamatan Kedu. Berkunjung ke desa ini, Anda dapat menemui Sigit Winarno, Ketua Pokdarwis Makukuh alias Kembang Madu, beserta tim pengelola lainnya. Rabu (13/4/2022).

Perjalanan awal menuju Desa Wisata Kedu atau Desa Wisata Makukuhan. Anda dapat menggunakan google map jika sudah tiba di pusat kota Temanggung. Jarak hingga ke lokasi sekitar 6 Km, kurang lebih 10 menit dengan berkenderaan roda empat atau roda dua. Jalanan sangat bagus karena jalur provinsi sehingga bus besar juga dapat masuk ke lokasi dengan jalan yang mulus. Akses jalan pun sangat mudah. Jika Anda berkenderaan roda dua dapat menyelusuri jalanan dengan pelan-pelan untuk menikmati pemandangan sekitarnya. Jika Anda berkenderaan roda empat atau bus besar, lebih rileks menikmati pemandangan dan setiap momen hiasan alam yang terlewati. Mungkin pmandangannya tidak terlalu mempesona seperti desa wisata lainnya dengan pemandangan alamnya yang indah.

Desa Wisata Kedu
Paket yang tersedia sesuai dengan budget. Pastinya, paket-paket yang ada masih ramah tergolong murah namun fasilitas dan aktivitas yang pasti menyenangkan.

Cukup mudah! Anda akan tiba dengan baik dan tepat waktu. Anda akan mendapatkan info atau petunjuk yang rinci dan lengkap mengenai desa wisata satu ini. Paket-paket yang tersedia sesuai dengan budget. Pastinya, paket-paket yang ada masih ramah tergolong murah namun fasilitas dan aktivitas yang ada akan membuat Anda tak merasa rugi. Sebelum berkunjung ke desa ini, INTERESTNEWS terlebih dahulu menyajikan obrolan sekilas dengan Sigit Winarno, Ketua Pokdarwis, mengenai info desa ini. Jangan sampai terlewatkan.

Cerita Sigit tentang Desa Wisata Kedu

Sigit memaparkan bahwa Desa Wisata Makukuhan “Kembang Madu” berbeda dengan desa wisata lainnya yang menonjol dengan wisata alam. Desa ini, terkenal dengan wisata budayanya yang unik dan tiada duanya.

BACA JUGA:  Desa Ngargoyoso Mempersiapkan Diri Menuju Kawasan Desa Wisata

“Desa ini berlabel Kembang Madu karena di sini banyak kembang madu. Namun desa ini memiliki Wisata Religi Makam Ki Ageng Makukuhan. Banyak orang ziarah ke tempat ini, tetapi lebih terkenal dengan wayang Kedu dan outbond dan lebih kepada wisata budaya. Paling menonjol itu dengan adanya wayang Kedu Garrag. Ini beda dengan wayang lainnya seperti dari Maha Brata atau Ramayana. Ceritanya pun berbeda. Wayang Kedu lebih ke pertanian. Beda. Hanya ada di desa Kedu ini. Kreativitas lewat seni tari dan kegiatan-kegiatan lainnya. Kami berupaya berinovasi agar pengunjung tidak bosan,” jelas Sigit.

Pemerintah desa menggandeng warga sekitar untuk menjadi bagian dari peningkatan kesejahteraan masyarakat dari sektor kepariwisataan. Desa Wisata Makukuhan “Kembang Madu” terus bersinergi dengan Pemerintah Desa Kedu. Pemerintah desa berupaya memberikan yang terbaik dalam pembangunan fisik, mutu pelayanan, sampai peningkatan sumber daya manusia. Semua ini khusus untuk pariwisata di wilayah Desa Kedu.

Ayam Cemani

Desa ini memiliki potensi yang unik dengan kemewahan ayam Cemani. Ayam ini tergolong mahal hingga Rp2.5 juta. “Seekor ayam Cemani bisa mencapai harga Rp2.5 juta/ekor. Harga tergantung mutunya sih. Mutu tergantung kepekatan warna hitamnya. Semakin hitam pekat semakin mahal. Jika kehitamannya kurang, harganya pun lebih murah. Tergantung cucuk paruhnya apakah masih ada putih. Mutu terendah Rp250 ribu. Biasanya, harga Rp2.5 juta pengunjung membeli dengan patungan sekitar 6 orang, sehingga lebih murah. Mereka dapat menikmati ayam Cemani ini. Banyak yang datang sekedar ingin mencicipi kelezatan ayam ini,” tandas Sigit serius.

Menurut Sigit, dari segi rasa dan pengolahannya sih sama saja dengan ayam-ayam lainnya. Tidak ada bedanya dengan ayam biasa. Tidak ada keistimewaannya, bahkan dalam perawatannya tidak sulit. Hitamnya yang memberi kemewahan harga sehingga mahal,” tambahnya lagi.

BACA JUGA:  Karangturi Lasem, Kaya Budaya & Tertoleran
Harga tergantung mutunya sih. Mutu tergantung kepekatan wwarna hitamnya. Semakin hitam pekat semakin mahal

“Penduduk di sini, hampir 50% memiliki ayam Cemani. Bahkan setiap rumah pasti ada ayam Cemani. Hanya sekedar pelihara bukan untuk menjual atau untuk bisnis. Ayam Cemani merupakan ciri khas desa ini. keunikan tersendiri dengan ayam Cemani ini. Saya sendiri, ingin membuat sesuatu yang unik mengenai ayam Cemani.” Katanya lagi.

Ayam Cemani bagi desa Kedu merupakan sumber ekonomi yang besar. Harganya yang mahal sangat mengangkat ekonomi warga. Mulai dari pengetasan, pemeliharaan hingga pengolahan ayam Cemani yang relatif mudah, menjadi potensi peningkatan pendapatan yang utama.

“Ingin sih membuat peternakan yang besar karena yang mencari ayam ini banyak. Menunggu investor. Katanya sih sebagai obat. Menurut orang-orang yang datang berkunjung kondisi sakit setelah memakannya penyakitnya sembuh. Saya tidak tahu bagaimana tapi kenyataannya banyak yang alami. Kalau saya sih sama saja hanya bedanya warnanya hitam.” Ujarnya tertawa namunserius.

Tunggu apalagi? Penasaran dengan ayam Hitam ayam Cemani yang harganya muahal. Penasaran dengan rasa? Dapat juga membeli hidup-hidup lalu mengoolah sendiri. Tunggu apa lagi. Datanglah…(Las)

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *