Kasus Siswa SD Meninggal Karena Vaksin Jadi Pembelajaran

INTERESTNEWS — Kasus siswa SD (Sekolah Dasar) meninggal karena usai menjalani vaksinasi Covid-19 menjadi pembelajaran sangat berharga bagi semua pihak. INTERESTNEWS telah memantau kasus tersebut selama beberapa minggu terakhir ini melalui berbagai liputan media, Rabu (5/1/2022). Ada sebuah pembelajaran yang patut kita camkan bahwa kita perlu tetap berhati-hati dan tidak menganggap remeh jika terjadi gejala. Gejala dan efek samping pasca vaksisnasi Covid-19 menjadi alarm (tanda peringatan) bagi semua pihak.

Sebagaimana kita ketahui berdasarkan pemberitaan di media massa, setidaknya ada 3 kasus siswa SD meninggal karena dugaan usai vaksinasi Covid-19. Kasus pertama menimpa seorang siswa SD berinisial NSG (9) setelah menerima dosis pertama Sinovac meninggal, Jombang, Rabu (22/12/2021). Selanjutnya kasus kedua, MBS (12) meninggal dunia pada Selasa (28/12/2021) setelah mendapatkan vaksinasi Pfizer di sekolahnya, pada Senin (27/12/2021) lalu. Terakhir kasus ketiga menimpa MRD (10) di Magetan meninggal sehari usai menerima Sinovac pada Senin (27/12/2021).

Menurut hasil investigasi dan hasil audit Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI), mereka melaporkan seperti berikut ini.

Pertama, wafatnya NSG bukan akibat vaksin Sinovac karena ada kondisi lain yang menyebabkan NSG mengalami pendarahan pada saluran cerna. “Kemungkinan mengenai pembuluh arteri, sehingga terjadi pendarahan yang sangat prokus. Penanganan kami tidak seimbang dengan banyaknya darah yang keluar, sehingga pasien meninggal dunia,” kata Direktur RSUD Jombang dr Pudji Umbaran (detik.com, 04 Januari 2022).

Kedua, MBS meninggal dunia juga bukan karena vaksin Pfizer dosis pertama untuk anak-anak usia 7-11 tahun. Komnas KIPI menyimpulkan meninggalnya MBS bukan karena vaksinasi. Kesimpulan hingga saat ini, sulit untuk mengaitkan penyebab kematiannya karena vaksin COVID-19.

“Jadi kita memang sudah audit bersama Komda KIPI. Hasil investigasi mereka, kita berkesimpulan tidak terkait vaksinasi,” ujar Ketua KIPI Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A (K), M.TropPaed. Dengan demikian, penyebab meninggalnya siswa tersebut hingga kini masih menjadi teka-teki, belum diketahui penyebabnya.

BACA JUGA:  Hari Perempuan Internasional Tahun 2022

Ketiga, MRD juga meninggal bukan karena vaksinasi Covid-19. Dia meninggal karena terjatuh saat main game di HP sehari setelah vaksinasi.

Belajar dari Kasus Siswa SD Tersebut

Belajar dari kasus siswa SD meninggal usai menerima vaksinasi Covid-19, kita menyimpulkan:

Pertama, sudah pasti ketiga kasus tersebut bukan karena vaksinasi Covid-19. Dari sekian banyak laporan yang masuk ke Komnas KIPI belum ada kasus kematian akibat vaksinasi Covid-19. “Secara keseluruhan, ada 11.000 laporan di Indonesia sejauh ini, namun sebagian besar merupakan kejadian ringan,” jelas Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan. Jadi masyarakat tidak perlu resah untuk menjalani vaksinasi Covid-19.

Kedua, meskipun SOP (Standar Prosedur Operasional) vaksinasi Covid-19 sudah sangat ketat, tetapi skrining terhadap penerima vaksin harus juga ketat. Sejauh yang sudah terpantau, Komnas KIPI menyatakan bahwa skrining tersebut sudah sesuai SOP dan ketat. Namun demikian, tidak menjadi masalah jika kita lebih berhati-hati dalam menjalankan SOP skrining tersebut.

Ketiga, sosialisasi dan edukasi kepada masyarkat masih kurang gencar, baik kualitas maupun kuantitas. Karena itu, pemangku kepentingan perlu mengedukasi masyarakat apa yang perlu mereka perhatikan, misalnya rekam medis, sebelum vaksinasi Covid-19. Hal itu untuk pra vaksinasi. Setelah vaksinasi (pasca), masyarakat mengetahui tindakan apa jika terjadi gejala dan efek samping dari vaksin tersebut. Gejala dan efek samping pasca vaksinasi Covid-19 pun perlu sosialisasi dan edukasi.

Sementara itu, seorang ayah di Tangerang Selatan bernama Uji Agung Santosa (40), mengaku tidak mendapat edukasi pasca-vaksinasi ketika mendampingi anaknya menerima vaksin Covid-19 baru-baru ini, sehingga dia harus mencari tahu sendiri (bbc.com, 31 Desember 2021).

“Seharusnya kan ada risiko-risiko setelah vaksin itu seperti apa, apa yang harus dilakukan oleh anak dan orangtua setelah vaksinasi,” ujar Agung.

BACA JUGA:  Dewan Pers Menuai Kritikan dari Kalangan Pers

Pakar imunisasi Elizabeth Jane Soepardi mengatakan peristiwa di Jombang dan keluhan para orangtua terkait minimnya komunikasi risiko, menunjukkan bahwa komunikasi risiko terkait vaksinasi perlu ditinjau kembali agar kejadian fatal bisa dicegah.

Kiranya kasus-kasus di atas tidak terulang kembali dan kewaspadaan kita makin tinggi.

Pewarta: Boy Tonggor Siahaan

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *