Sabam Sirait, Tokoh Politik Mumpuni Itu Tutup Usia 85 Tahun

INTERESTNEWS — Sabam Sirait adalah tokoh politik yang mumpuni. Kawan atau lawan menyegani dirinya. Beliau merupakan salah satu pendiri Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang telah berubah namanya menjadi PDI Perjuangan (PDI-P). Perubahan nama partai politik tersebut untuk membedakannya dengan PDI kelompok Suryadi yang menjadi “boneka politik” Soeharto. Rabu kemarin (29/9/2021) adalah hembusan nafas politiknya yang terakhir. Tuhan telah memuliakannya untuk kembali pulang ke asalnya.

Berita duka ini tentu mengagetkan kita, terutama bagi mereka yang pernah mengenal sosok Sabam Sirait. Selama hidupnya, Bang Sabam (demikian sapaan kami yang dekat dengannya) selalu memperhatikan nasib rakyat jelata (wong cilik). Sosok Bang Sabam menjadi sumber inspirasi dalam perpolitikan Indonesia terutama bagi para politisi muda. Para politisi muda hendaknya banyak belajar dari Bang Sabam. Hal yang membuat Bang Sabam tetap berkiprah di panggung politik Indonesia karena dia konsisten dengan perjuangan para pendahulunya.

Para pendiri Republik +62 ini (bahasa gaul kaum milenial) banyak menanamkan patriotisme yang mengakar pada kearifan lokal. Nilai-nilai inilah mampu Bang Sabam terjemahkan dalam percaturan politik di Indonesia. Bang Sabam selalu menekankan jangan kita melupakan identitas kebangsaan kita. Kebangsaan (nasionalisme) Indonesia berasal dari kepelbagaian ragam suku/etnis, budaya, adat-istiadat, geografis, bahasa dan dialek, seni tradisional, agama dan kepercayaan kepada Tuhan, dan sebagainya.

Selain kepentingan rakyat jelata, Bang Sabam gigih menekankan agar kita berpedoman teguh pada Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi (falsafah) bangsa Indonesia. Bersamaan dengan hal tersebut, kita juga tetap memegang dan memelihara konstitusi Republik +62 ini, yaitu UUD 1945. Dalam kedua tataran itulah, kita melaksanakan Bhinneka Tunggal Ika serta semangat Ikrar Soempah Pemoeda 1928. “Inilah yang masih kurang melekat di hati sanubari sebagian besar para politikus kita,” keluh Bang Sabam ketika berbincang santai dengan kami.

BACA JUGA:  Hari Tanpa Bayangan di Pulau Jawa

Mungkin inilah yang menjadi salah satu pesan titipan terakhir Bang Sabam kepada kita. Selamat jalan Bang Sabam. Dikau telah berada dalam damai sejahtera Tuhan.

Pewarta: Boy Tonggor Siahaan

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *