INTERESTNEWS, -KLATEN – Sebanyak 39 desa wisata di Kabupaten Klaten berpartisipasi dalam Festival Desa Wisata Klaten Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Klaten. Festival dua hari ini, Sabtu (27/09/25),
Tujuan utama untuk mendorong pengembangan dan kemandirian desa-desa wisata di wilayah tersebut.
Kepala Disporapar, Purwanto, menjelaskan bahwa festival ini diisi dengan beragam rangkaian acara, termasuk pementasan seni, Lomba Desa Wisata, dan Lomba Gastrobob yang fokus pada penciptaan kuliner otentik berbasis kearifan lokal.
“Pemenang dari Lomba Desa Wisata akan mendapatkan kehormatan untuk mewakili Klaten di tingkat provinsi. Selain itu, festival ini menghadirkan sesi spesial bersama Gus Muwafiq yang membedah konsep Desa Morfosis, sebuah pendekatan pengembangan desa wisata dari sisi kebudayaan dan keagamaan,” jelas Purwanto.
Kepala Desa Kalikotes, Ponidi, mengatakan desa kalikotes salah satu peserta Festival Desa Wisata Klaten Tahun 2025, Sukses dengan menonjolkan Sentra Hidroponik sebagai daya tarik utamanya. Dikelola secara kolektif oleh BUMDes, ibu-ibu PKK, dan kader Posyandu, sentra ini memproduksi sayuran sehat bebas pestisida seperti selada, pocay, dan kangkung.
Sentra Hidroponik ini juga berfungsi sebagai lokasi Eduwisata, menawarkan pengalaman “bertani tanpa kotor” bagi generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, untuk belajar pertanian modern. Selain hidroponik, Kalikotes juga mengembangkan Bumi.
“Perkemahan Tirta Mulya serta wisata religius dengan pembangunan miniatur Ka’bah dan gedung serbaguna berkapasitas 1.000 tamu,”jelasnya.
Desa Ngerangan: ‘Cikal Bakal Angkringan’ dengan Program Sekolah
Peserta festival lainnya, Desa Wisata Ngerangan, tampil percaya diri dengan branding sebagai Desa Cikal Bakal Angkringan atau desa pelopor kelahiran angkringan. Desa ini mengklaim sejarah angkringan berasal dari Mbah Karso Djukut pada tahun 1942,yang kemudian menyebar ke seluruh nusantara.
Ngaringan menerapkan program One Village One Product, menghasilkan produk UMKM khas dari setiap RT seperti Kampung Kacang Hijau, Kampung Tiwul, Kampung Ubi, dan Kampung Jahe.
Inovasi terunik desa ini adalah program Sekolah Angkringan, sebuah paket wisata selama 4 hari seharga Rp 4 juta. Paket ini mencakup pembelajaran mendalam tentang sejarah angkringan, teori, praktik meracik, hingga praktik menjual, lengkap dengan pemberian gerobak kayu jati dan sertifikat sebagai bekal bagi peserta yang ingin memulai usaha angkringan.
“Desa ini juga dikenal memiliki Pondok Seni Dika, salah satu sanggar seni terbesar yang telah meraih puluhan prestasi di Jawa Tengah dan DIY, “kata Suwarna, ketua pokdarwis desa Ngerangan”.
Festival Desa Wisata Klaten 2025 diharapkan dapat menjadi momentum percepatan pertumbuhan sektor pariwisata lokal, yang mempertemukan inovasi modern seperti hidroponik hingga warisan budaya dan kuliner legendaris seperti angkringan.
(Sino)