IMF Ramalkan Krisis Melanda Dunia, Bagaimana Nasib Indonesia?

INTERESTNEWS — IMF Ramalkan 60 negara akan mengalami krisis ekonomi. Penyebabnya adalah ketidakpastian global dan kenaikan harga barang pangan. Kini inflasi menjadi momok semua negara. Pernyataan tersebut terungkap pada perayaan HUT ke-50 Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Senin (20/6/2022) lalu.

Presiden mengingatkan agar seluruh masyarakat waspada dan harus peka terhadap krisis. Kita harus mencoba bagaimana berusaha mengatasi masalah ini.

“Kenaikan harga energi dan kenaikan pangan menjadi masalah. Kenaikan harga batubara, minyak dan gas telah mengalami kenaikan harga pasar global. Begitu juga dengan harga komoditas pangan seperti kedelai, jagung, dan gandum. Kalau naik akan merembet ke mana-mana. Ini saya ingatkan agar hati-hati yang berkaitan dengan pangan,” ujar Presiden.

Namun, Presiden Jokowi menyebut, saat Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDIP pada Selasa (21/6/2022), Indonesia masih mempunyai kekuatan besar di bidang sumber daya alam batu bara, CPO hingga nikel.

Presiden Jokowi mengatakan bahwa ada 60 negara yang perekonomiannya akan ambruk. Sementara, 42 negara di antaranya pasti sudah menuju ambruk. Data tersebut berasal dari International Monetary Fund (IMF). IMF ramalkan krisis ini.

Apa Solusinya?

“Kondisi ini, kondisi yang berat dalam skala global. Mungkin kalau satu atau dua negara, lembaga-lembaga internasional masih bisa bantu. Tapi kalau sudah 42? Mencapai bisa 60? Kita tidak mengerti apa yang harus kita lakukan,” kata Jokowi.

Menurut Jokowi, kondisi demikian bukanlah sesuatu yang normal. Dengan banyaknya negara yang menghadapi krisis ekonomi, menurutnya akan memberikan dampak terhadap berbagai krisis lainnya, seperti pangan dan energi.

“Contohnya, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di berbagai negara. Dari tetangga terdekat Indonesia, Singapura membeberkan bahwa harga BBM sudah mencapai Rp 31.000. Kemudian di Thailand sebagai sesama negara Asia Tenggara, harga BBM mencapai Rp 20.000. Sementara di Jerman, harga BBM mencapai Rp 31.000. Saat ini, harga BBM di Indonesia berkisar pada Rp 7.650 untuk Pertalite dan Rp 12.500 untuk Pertamax. Nilai ini bukanlah harga asli, melainkan harga subsidi dari pemerintah,” tandasnya.

BACA JUGA:  Peran GPIB Tangani Covid-19 Diapreasiasi Presiden Jokowi

Jokowi mengingatkan agar Indonesia tidak terlena dengan subsidi yang besar. Subsidi yang besar dapat dialokasikan untuk pembangunan ibu kota negara (IKN) baru.

“Subsidi kita besar sekali. Itu bisa dipakai untuk membangun ibu kota satu. Angkanya sudah 502 triliun rupiah. Sampai kapan kita bertahan dengan subsidi sebesar ini? Ada berbagai sumber daya yang kita miliki. Salah satu kekuatan kita adalah batubara,” kata Jokowi.

“Waktu bulan Januari kita stok batubara, ada lima presiden dan perdana menteri yang telepon ke saya. Presiden Jokowi mohon kirimkan batu baranya segera, secepatnya. Kalau tidak mati listrik kita,” tuturnya.

Selain batu bara, menurut Jokowi, Indonesia juga memiliki kekuatan besar dalam crude palm oil (CPO) dan nikel. Seperti halnya, industrialisasi dan hilirisasi yang dapat memberikan manfaat banyak bagi Indonesia. Namun, kekuatan tersebut haruslah diolah agar Indonesia tak hanya menjadi pengekspor bahan mentah. Dengan begitu akan tersedia lapangan kerja. (**)

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *