Ketika Dina Menulis Diary

Cerpen

Oleh: Lasma M.  Simbolon

Dina menghempaskan daun pintu kamarnya keras. Praakk!!! Ufh! roman wajahnya terlihat kesal menahan amarah. Mulutnya tampak  cemberut dan sesekali mendumel, nyaris tak terdengar. Sangat tidak menarik.

Wajahnya sih cantik, kedua matanya sedikit sipit tapi sedikit sayu tidak bersinar. Rambutnya hitam panjang, berombak,  terurai sampai ke pinggang.

Sepasang lesung pipit yang bertengger di kedua pipinya terlihat mempesona saat tersenyum. Pipinya montok kemerah-merahan dengan kulit tubuhnya sawo matang, mulus  dan tinggi semampai, “sempurna” itulah kata yang tepat untuk dirinya, kecuali keangkuhannya.

Gadis belia itu, menghempaskan tubuhnya di kasur empuknya, tapi hanya sesaat, tiba-tiba ia bangkit kembali lalu berdiri di depan cermin.

“Uhh!! Sebel” Ujarnya dengan berkacak pinggang dan berkata kepada dirinya sendiri.

Lo, ya Din, kog bisa-bisanya kalah ama tuh cewe kere itu.  Siapa lagi kalau bukan tuh si Sisi, cewe yang paling menyebalkan seantero Salatiga. Apa sih yang menarik dari tuh cewe. Wajah? Menang lo. Body, wah sejagat Salatiga lo paling yahut. Kantong? Lo kan punya babe pengusaha di ibukota metropolitan Indonesia Raya, Jakarta, sebuah suara merasuk telinganya.

Apa sih yang ngga bisa lo beli. Pintar juga pintaran lo, Hp kerenan lo, tuh cewe ye, hari gini pake cross, dah ngga kepake tauu. Tapi, mengapa semua orang sepertinya nempel kayak prangko ama tu cewe? Kalo ga ada dia pasti semua sibuk nyari. Kalo lo, siapa yang peduli. Eh, Sedang ke lo mereka muna.  Apalagi si Jordy si suara emas idola lo malah nempel terus ama tuh cewe. Kemana-mana berdua terus.  Ayo, lo harus bisa kalahin dia. Semangat!!

BACA JUGA:  Setangkai Mawar Merah

Suara itu kembali menggema dan mendayu. Entah itu dari dirinya atau pikirannya atau iblis yang mencoba mempengaruhinya, namun yang jelas ia tidak peduli.

“Pokoknya aku benci Sisi.” Dina dengan telunjuk menuding-nuding dirinya di depan cermin sambil bolak-balik memutar-mutar tubuhnya di depan cermin yang tak berdosa.

Ufss! Lagi-lagi Dina masih bereaksi di depan cermin. Jemarinya yang lentik tampak sibuk mengepang-ngepang rambutnya yang panjang terurai. Sebentar kemudian ia mengikat ekor kuda lalu di lepas sambil mengentakkan kedua kakinya. Tidak puas. Ia gerai kembali. Terurai.

“Kudu smooting lagi kali ya, tapi baru di ombakin. Uh! Masa karna tu cewe smooting gue jadi ikut-ikutan. Oga, ah!” cetusnya sambil memelototi wajahnya di cemin.

“Tuh cewe bisa smooting juga gratis, korban praktek SMK N tapi bagus juga sih. Apa gue smooting lagi kalee. Dasar tuh si Fina, bisa-bisanya dia bilang culun tapi ngomongnya di belakang gue, mana ada yang berani ngomong di depan gue, kecuali Sisi yang sok jagoan itu. Sontak aja gue ombakin lagi rambut gue. Payah! Kenape juga gue yang ikut-ikutan. Entar die bilang gue niru-niru lagi. Ahhh! Pusing” Katanya lagi dengan bete sambil kembali menjatuhkan dirinya ke kasur mewahnya.

Mari Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *