INTERESTNEWS — Melestarikan budaya gotong-royong di masa digital sekarang ini bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi kaum milinial yang lebih cenderung kepada idealis dan egosentris kurang melestarikan budaya gotong-royong. Karena itu, budaya gotong-royong yang sudah tertanam sejak dari nenek moyang, masa-masa sekarang ini sudah pudar.
Gotong-royong berasal dari gabungan dua kata Jawa, yaitu gotong berarti pikul, dan royong berarti bersama-sama. Gotong-royong berarti pikul bersama. Jadi gotong-royong adalah bekerja bersama-sama dengan keikhlasan, kerelaan, dan ketulusan sebagai jawaban terhadap beban seseorang. Gotong-royong dapat memberikan manfaat yang adil bagi semuanya.
Warga Karangmojo RT 004, RW 002 Desa Krasak, Kecamatan Teras Kabupaten Boyolaii melakukan kegiatan gotong-royong, Sabtu (7/11/2021). Semua warga tanpa membedakan status mereka turut bersama-sama melestarikan budaya gotong-royong. Secara gotong-royong warga kampung tersebut mengerjakan pembuatan talut jalan dan pengecoran jalan. Warga dengan ikhlas dan sukarela membawa makanan dan minuman. Ada juga di anatara mereka menyumbangkan tenaga, uang, bahan yang berupa alat dan material seperti semen, grasak, sabit, cangkul, sekop. ember, dan lingis. Warga menyiapkan secara mandiri semua kebutuhan selama gotong-royong. Warga Karangmojo melakukannya dengan penuh sukacita dan gembira tanpa ada paksaan.
”Kegiatan gotong-royong ini sebagai bentuk melestarikan budaya kampung, dan membentuk kebersamaan dalam membangun kerukunan warga supaya tetap kompak. Selain itu untuk memberikan contoh bagi generasi muda yang lebih cenderung melupakan budaya gotong-royong,” terang H. Drs. Sarjuni sebagai RT di Dukuh Karangmojo.
Kegotong royongan merupakan nilai dan aktualisasi dari sila kelima dan ketiga. Sila kelima berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dan sila ketiga “Persatuan Indonesia.” Dari kedua sila tersebut karakter yang menonjol adalah jiwa kegotong royongan. Hal ini menunjukkan bahwa warga Dukuh Karangmojo Desa Krasak mempunyai watak rukun dan bersatu. Mereka mengejawantahkan unsur sila kelima dan ketiga tersebut, watak suka gotong-royong. Dengan harapan ke depan generasi muda desa dapat melestarikan budaya gotong-royong sebagai bentuk implementasi sila-sila dalam Pancasila.
Pewarta: Paulus Suyatno