Pelantikan Pengurus Kecamatan Sadar Kerukunan Berbasis Budaya di Jatinom
INTERESTNEWS, – KLATEN – Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Klaten, KH Syamsuddin Asyrofi, resmi melantik pengurus Kecamatan Sadar Kerukunan berbasis budaya di Jatinom, Klaten. Pelantikan digelar di pendopo Yayasan Ash-Shomad Internasional Jatinom, Rabu (30/7/25).
Syamsuddin menyebut, pembentukan pengurus ini adalah langkah strategis untuk mempromosikan kerukunan dan harmoni masyarakat.
“Terbentuknya pengurus ini adalah ikhtiar membangun kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga toleransi,” jelasnya.
Pengukuhan ini melibatkan berbagai komunitas budaya di Jatinom. Total ada 13 komunitas yang berperan aktif.
“Pengurus telah merencanakan berbagai kegiatan budaya. Kegiatan seperti pelatihan dan workshop akan segera digelar,” ujar Syamsuddin.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengurus dalam mempromosikan toleransi antarumat beragama di Jatinom.
Syamsuddin menegaskan, pembentukan kecamatan sadar kerukunan berbasis budaya ini merupakan yang pertama di Indonesia.
Program ini hasil kolaborasi antara organisasi masyarakat sipil dan pemerintah untuk memperkuat upaya kerukunan.
“Inisiatif ini mendorong partisipasi masyarakat menjaga kerukunan. Budaya lokal menjadi alat utama untuk menyatukan,” tambahnya.
Pengurus terdiri dari unsur pembina seperti Forkompincam Jatinom dan FKUB Klaten. Penasehatnya adalah ketua PKUB Kecamatan dan tokoh lintas budaya.
Sementara pengurus inti berasal dari tokoh dan pelaku budaya yang aktif di komunitas Jatinom.
Camat Jatinom, Agus Sunyoto, mengaku senang dengan terbentuknya pengurus ini. Ia sudah lama menggagas program tersebut.
“Selama ini ada Desa Sadar Kerukunan. Kini kami bentuk tingkat Kecamatan berbasis budaya,” katanya.
Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam menjaga toleransi antarumat beragama,” ujarnya.
Selain itu, pengurus juga ingin memperkuat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan komunitas lokal, sehingga tercipta sinergi dalam membangun kerukunan.
Tidak hanya itu, mereka juga berupaya mengembangkan program-program berbasis budaya yang relevan dan selaras dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Sebagai tindak lanjut, pengurus menerapkan pendekatan yang tidak hanya bersifat partisipatif, tetapi juga kontekstual dan berkelanjutan guna memastikan dampak yang lebih luas dan berkesinambungan.
Agus mengatakan, tujuannya adalah memanfaatkan nilai budaya lokal untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan warga.
“Harapannya, masyarakat dapat hidup lebih damai dan sejahtera melalui nilai-nilai kerukunan dan budaya,” tutupnya.
