interestnews,- Warsih 70 tahun tampak tersenyum bahagia melihat putri tercintanya Tri yang terlihat segar dan cantik dengan senyum lebar menyambut kunjungan media ini, ia sudah mulai bisa berjalan.
Ibu yang sudah lansia ini masih tampak gesit dan cekatan memandikan ketiga cucunya, putri dari Tri. Suara ramai dari kamar mandi terdengar riuh.
“Setiap hari ibu memandikan anak-anak saya dan mengurus saya.” Ujar Tri dengan haru kala itu.
Tri Lestari mengalami kecelakan di Jalan Baru, Salatiga sekitar bulan April 2015. Sehari sesudah hari Kartini. Ia masih ingat persis, karena ia bekerja di sebuah salon di Salatiga.
“Waktu itu tetangga saya sebut saja X mendesak saya agar dibonceng olehnya. Padahal saya ingin naik motor sendiri mau jemput anak saya dari sekolah baru setelahnya saya harus mengurus kostum yang dipinjam pelajar selama hari Kartini. “ Tuturnya lirih.
Tapi, lanjutnya lagi si X terus mendesak untuk menemaninya mengurus sesuatu dan terus mendesak Tri.
“Saya bilang besok tapi dia terus saja memaksa. Akhirnya saya dibonceng pas lewat jalan baru sebuah mobil dari depan datang dengan kecepatan tinggi di saat X menyeberang tanpa melihat mobil yang melaju kencang.” Katanya sekan masih merasakan peristiwa tersebut.
Bruakk! Tiba-tiba mobil menabrak motor mereka dan sempat terseret mobil dan Tri terpental dan kemudian tidak sadar diri. Si X sendiri tidak mengalami apapun.
“Katanya saya mengalami koma dan kritis.” Jelasnya Tri dengan tatapan nanar mengenang peristiwa kecelakaan yang menimpanya.
Hilang Ingatan & Stres
Menurut cerita Warsih, Tri Lestari mengalami kecelakaan sekitar bulan April 2015 segera dibawa ke RSUD Salatiga. Setelah dirawat beberapa hari kondisi Tri Lestari semakin kritis dan dirujuk ke Rumah Sakit Sultan Agung dan RS Karyadi Semarang.

Akibat kecelakaan tersebut Tri Lestari mengalami polytrauma, artinya berbagai organ tubuh terkena dan salah satu yang terparah adalah pendarahan di otak yg menyebabkan dia koma.
Selepas dari Rumah sakit, oleh suami Tri membawa pulang ke rumah orangtua Tri di Grogol, Salatiga untuk menjalani rawat jalan
Warsih pun memanggil dua perawat untuk merawat putrinya itu.
Selama satu tahun lebih Tri hilang ingatan. Ia tidak mengenali siapapun termasuk anak-anaknya.
“Saya sedih melihat anak saya tidak terurus. Badannya sangat berbau karena jarang mandi karena belum bisa mandi sendiri, harus dimandikan.
Kakinya luka dihinggapi lalat dan belatung. Sudah mulai membusuk digrogoti belatung. Saya kasihan melihatnya.Tapi untuk berobat kami sudah tidak ada biaya. Mahal.” Ujar Warsih dengan nada prihatin.
Setelah satu tahun di rumah Warsih, ingatan Tri mulai kembali pulih. Menyadari dirinya hanya bisa duduk di kursi roda dan tidak mampu berjalan, ia mengaku tidak bisa menerima kenyatan. Ia marah dan teriak2 karena si X tidak ada luka sedikit pun. Hati Tri pun dipenuhi kebencian.
“Orang gila lewat….. Orang gila lewat….!!” Tri berteriak histeris setiap kali melihat X lewat dan X pun akan segera menghindar.

“Akhirnya Tuhan menyadarkan saya. Tuhan membuat saya bisa mengampuni dan menerima anugerah yang begitu banyak. Saya bisa berjalan lagi. Jadi saya akhirnya melepaskan pengampunan terhadap X. Saya tidak lagi membencinya.
Pertolongan yang datang
“Setiap ada orang yang besuk anak saya Tri menjerit dan menangis. Ia stres dan depresi. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa berjalan.” Ujar Warsih dengan mata berkaca-kaca.

Suatu hari keluarga ini bertemu dengan keluarga Marbun dan mengajaknya hadir dalam ibadah syukur di rumah kediaman Marbun tersebut yang berketepatan dilayani oleh ketua sinode JKI Pdt. Adi Sutanto.
Atas prakarsa Pdt. Adi Sutanto, Tri Lestari di bawa ke RSU Mitra Setia, Ungaran, ditangani langsung oleh oleh DR.MED. Dr. Timotius Susantiya, SpB yang tak lain adalah adik kandung dari Pdt. Adi Sutanto.

“Saya bersyukur Tuhan mengirim banyak orang yang membantu kami. Pertama kali kami diantar oleh Pdt Marbun. Saya berterima kasih kepada Pdt Ojak dan Evi yang rutin 3 kali seminggu ke RSU Mitra Setia dan kepada Mr. David mobil yang meminjamkan mobilnya.” Ujar Tri.
Sinode JKI mengambil sikap untuk membiayai seluruh pengobatan Tri.
“Kami sekeluarga berterima kasih kepada Sinode JKI yang membiayai anak kami Tri Lestari juga kepada Dr. Timotius dan pihak RSU Mitra Setia. Kalau dulu saya berpikir tidak ada harapan untuk anak saya Tri. Saya pun kasihan dan kepikiran terus melihat kondisi anak saya. Selera makan saya hilang. Tubuh saya kurus. Tapi sekarang, lihat, saya sudah gemukan. Saya sangat bahagia sekali karena kata dokter anak saya bisa berjalan lagi. Nah, sekarang, Tri sudah mulai bisa berjalan pelan-pelan.” Jelasnya dengan penuh syukur dan dengan wajah sukacita.

Tri yang bercerita
”Saya menerima anugerah bisa percaya Tuhan Yesus Tuhan kata dokter saya kembali bisa berjalan normal. Doakan ya biar semua lancar.” Ujarnya dengan wajah sukacita. Oke dehh..selamat ya Tri. (**)